Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian II) – Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi

Sahabats…

Pada tulisan kali ini, Syaikh Al-Akbar menasihati kita tentang kehalalan dan kethayyiban makanan serta rizki yang Allah amanahkan kepada kita, serta bagaimana seharusnya kita memperlakukan amanah tersebut dalam hidup kita. Hal ini penting sebagai bekal dari perjalanan spiritual kita. Marilah kita renungkan dan amalkan…

DUA

Pastikan kehalalan dan kethoyyiban serta haqq semua hal kesenangan yang engkau pergunakan di dunia ini, termasuk makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulutmu, karena merupakan pondasi dari ad-diin yang sedang engkau bangun.Ibnu Arabi-1

Untuk menaikkan tingkat spiritualmu, dalam jejak-jejak pengajaran para nabi (assalaamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh), engkau harus menjadi cahaya – cahaya dalam pelbagai kebajikan, cahaya dalam perhatianmu terhadap perbaikan dunia. Tanda-tanda-Nya yang mampu engkau baca akan membimbingmu kepada orang-orang yang akan engkau ringankan bebannya, dan akan melindungimu dari menjadi beban bagi orang lain. Jangan pernah menjadi benalu maupun membiarkan orang lain untuk membawa beban-bebanmu. Ingatlah, jangan pernah menerima harta benda dan hadiah baik untuk dirimu sendiri, keluargamu, saudaramu, teman-temanmu, yang berasal dari orang-orang yang hatinya mati, tenggelam dalam tidur panjangnya.

Baca lebih lanjut

Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian V) – Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi

Sahabats…

Kali ini melanjutkan bekal-bekal sebelumnya, Syaik Al-Akbar Muhyiddin Ibnu Araby menjelaskan tentang mengendalikan marah dan beberapa perilaku untuk menyempurnakan akhlak kita. Marilah kita renungkan dan usahakan mengamalkannya.

LIMA

Ibnu Arabi-1Jika engkau berharap untuk menemukan al-Haqq, kecintaan Allah, dan Dukungan-Nya, maka tinggalkanlah perilaku negatif, kendalikanlah sifat buruk dan kemarahanmu . Jika engkau tidak mampu untuk tidak marah, setidaknya jangan perlihatkan marahmu; maka Allah akan senang dan betapa setan akan kecewa kepadamu. Engkau pun akan mulai untuk mendidik egomu, menguatkan dan mendekatkanmu kepada Jalanmu. Kemarahan merupakan hasil dan sebuah tanda dari adanya ego yang tidak terkendali, bagaikan seekor hewan buas liar bebas tidak terkurung. Mengeluarkan marah, bagai tali kekang yang engkau buang dari atas kepalamu dan memasukkan banyak keburukan ke dalamnya. Jinakkanlah kepalamu, kau ajarkan bagaimana berpikir dengan benar, untuk taat kepada Allah, sehingga tiada orang lain yang engkau sakiti ataupun dirimu sendiri.

Begitu engkau berhasil mengekang pikiranmu, maka begitu menghadapi orang yang kehilangan kendali dirinya dan marah-marah kepadamu, maka engkau akan menghadapinya dengan tenang. Kau tidak akan bereaksi agresif pada penyerangannya. Kau tidak akan menghukum atau merespon perilaku negatifnya dengan kekasaran juga, melainkan kau abaikan saja. Mengabaikan lebih efektif daripada membalasnya. Barangkali ia akan melihat akibat-akibat dari perbuatannya, akibat dari kemarahannya, menyadari hal benar – salah, dan akhirnya mengakui kesalahannya.

Baca lebih lanjut