Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian VIII) – Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi

Ibnu Arabi-1Sahabat, mensucikan diri terutama qalbu dari segala pengotornya dengan meneladani para Nabi as. merupakan inti dari wasiat Syaikh Al-Akbar kali ini. Semoga kita mampu mengamalkannya.

Bersucilah; kesucian menjadikanmu penuh kehati-hatian, untuk membebaskanmu dari segala sesuatu yang tidak bersih dan berdosa. Kesucian akan melindungi dirimu dari segala hal meragukan (syubhat) dan kesamaran di dalam dan sekelilingmu. Hadits Rasulullah Muhammad saw., “Tinggalkan segala hal meragukan dan lakukan segala hal yang pasti untukmu.”Beliau saw. menegaskan tentang kebutuhanmu untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkanmu ragu-ragu dan tidak yakin; sesuatu yang menyebabkan ketidakpastian, ketidakjelasan, kesamaran, kegelisahan, dan ketakutan di dalam hatimu – hanya lakukan sesuatu yang membuatmu merasa aman, tenang, dan damai.

Periksalah setiap perilakumu, kata-katamu, ibadahmu, setiap hubunganmu dengan orang lain seperti pertemanan atau pernikahan. Engkau harus menemukan apakah segala sesuatu di dalamnya berkualitas baik atau buruk, bersih atau kotor, benar atau salah, mengikuti syariat atau tidak. Hukum-hukum yang engkau jalankan semuanya harus jelas; jalankanlah kebenaran, tinggalkanlah kesalahan. Jika ada syariat yang tak jelas atau tersamar, maka tinggalkanlah seolah-olah itu adalah sesuatu yang salah dan cari yang sudah jelas/ pasti.

Ikutilah nasihat para Nabi (Assalaamu’alaykum wrohmatullaahi wabarokaatuh): bahkan jika kau berada dalam kebutuhan untuk melaksanakan hal yang masih kau ragukan itu, bahkan jika menyebabkan kau tak mampu untuk melakukan hal lain, tetaplah ikuti dan laksanakan nasihat para Nabi; tinggalkan hal lain demi keridhoan Allah semata. Inilah kesucian. Yakinlah bahwa Allah akan menganugerahi para muthaharuun dengan dengan kebaikan yang banyak sekali hingga melimpah ruah, jauh lebih banyak daripada yang engkau terima jika engkau melakukan hal meragukan/ tidak jelas/ tersamar. Tapi jangan engkau mengharapkan bahwa ganjaran itu akan diberikan dalam waktu ‘saat ini’ atau langsung.

Kesucian merupakan pondasi dari ad-diin dan Jalan Kebenaran. Jika engkau suci, semua perbuatanmu akan murni dan ikhlas; semua yang engkau lakukan akan berakhir dengan baik; kau akan harmoni di Dalam Kehendak Allah. Kau akan menerima Rahmat-Nya; segala kebutuhanmu akan diberikan kepadamu. Kau akan berada di bawah Perlindungan Illaahi. Jika engkau suci dan tidak berprasangka, meninggalkan kesalahan dan hal samar, maka tiada terhalang bagimu untuk menerima Berkah-Nya. Tetapi jika kau berpaling dari kesucian dan keshalehan, maka Al-Hakiim akan menempatkanmu pada sebuah keadaan yang penuh kehinaan: tiada pertolongan dan penuh ketakutan. Dia akan meninggalkanmu sendirian, membiarkan dirimu dikuasai oleh egomu. Lalu kaupun akan menjadi mainan setan; yang memiliki karakter selalu ingin membangkang, dan tidak ada yang akan menghalanginya untuk menggodamu. Tujuan setan adalah memalingkanmu, menjauhkanmu sejauh-jauhnya dari Al-Haqq.

Berusahalah dengan keras, penuhi waktumu untuk tinggal dan menapaki Jalan Keshalehan, maka Allah akan menolongmu.

Sumber: What the Seeker Needs, Muhyiiddiin Ibn ‘Arabi

Sumber Naskah:

Notes FB dari sahabat Dwi Afriyanti Arifyanto

Sumber Gambar:

Tinggalkan komentar